21 Juni 2019 | Kegiatan Statistik
Indramayu - "Satu baterai ini bisa membawa drone Vtol terbang sejauh 22 km dan memotret hampir 300 hektar lahan," ujar Irvan, Sarjana Geografi lulusan Universitas Gadjah Mada ini. Untuk menerbangkan drone seharga ratusan juta tidak sembarang orang bisa. Ada pilot license (seperti SIM, red) juga. Bahkan sebutannya juga memakai istilah pilot dan co-pilot. Irvan adalah pilot utama. Pegawai BPPT ini, selama tujuh hari di lapangan sepak bola Mandala Putra Kecamatan Bongas, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat menerbangkan salah satu jenis drone yang dimiliki oleh BPPT, yaitu Vtol.
Selain Vtol, BPPT rencana juga akan menerbangkan jenis drone lainnya, PUNA Alap-Alap yang mempunyai jangkauan lebih luas lagi dibanding Vtol yaitu 1.700 hektar per jam. Drone jenis ini tidak bisa terbang vertikal seperti Vtol. Alap-alap butuh run-way sekitar 50 meter untuk take-off. Rencana awal Alap-Alap akan terbang dari Bandara Internasional Kertajati di Majalengka. Sayang, hingga liputan ini ditulis izin terbang dari NAV belum keluar.
Kabupaten Indramayu menjadi lokasi Uji Akurasi Data Metode Kerangka Sampel Area (KSA) menggunakan Unmaned Aerial Vehicle (UAV)/drone oleh BPPT, (17/6). Sekitar 24 segmen yang tersebar di Kecamatan Bongas akan dilakukan foto udara untuk memperoleh data luas panen sawah yang akan disandingkan dengan pengujian lapangan menggunakan KSA.
"Hasil uji akurasi ini akan menambah keyakinan kita bahwa kita sudah di jalur yang tepat untuk menghasilkan satu data pangan yang berkualitas," ujar Hermanto, Direktur Statistik Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan BPS. "Teknologi ini kedepannya dapat digunakan pada daerah-daerah yg sulit dijangkau oleh petugas KSA. Sehingga diharapkan nantinya dapat lebih memudahkan petugas di lapangan," tambahnya.
KSA merupakan program kolaborasi antara BPS, BPPT, dan Kantor Staf Presiden (KSP). Selain Hermanto, hadir juga Kepala BPS Provinsi Jawa Barat, Dody Herlando; Staf Ahli dari KSP, Wahyu Widodo; serta beberapa pegawai dari BPPT.
“Penggunaan drone dapat menjadi salah satu tolok ukur keakuratan data KSA. Hanya saja jika diterapkan dalam skala besar masih banyak faktor yang perlu diperhatikan, seperti cuaca dan peralatan yang digunakan,” kata Dody.
Di sisi lain, menurut Wahyu, hasil pemotretan lahan padi menggunakan drone akan menjadi pembanding akurasi data KSA. "Ini penting untuk meyakinkan pihak-pihak pengguna data sehingga perencanaan bisa lebih tepat sasaran sesuai kondisi lapangan," ujarnya. Harapannya, satu data pangan Indonesia segera bisa terwujud.
Badan Pusat Statistik
Badan Pusat Statistik Kabupaten Dompu (Statistics Indonesia Dompu Regency) Jln. Akasia No. 2 Dompu 84211
Telp (0373) 21084
Faks (0373) 21084
Mailbox : bps5205@bps.go.id
Tentang Kami